perekonomian bab.9
Nama : Helena Christy
Kelas : 1EB09
NPM : 23212372
Bab.9
Masalah pokok
Perekonomian Indonesia
A. Masalah Pokok Perekonomian
Indonesia
Indonesia
menggunakan system perekonomian kerakyatan, jadi semua kegiatan ekonomi yang
berhubungan dengan hajat hidup orang banyak diatur dan dikendalikan oleh
pemerintah. Semua hal yang berhubungan dengan kebijakan dan kelangsungan hidup
masyarakat Indonesia diatur oleh kebijakan – kebijakan
dan peraturan pemerintah.
Tanda-tanda perekonomian mulai mengalami penurunan diawali padatahun 1997 dimana pada masa itulah terjadi krisis. Saat itu pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya berkisar pada level 4,7 persen, sangat rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang 7,8 persen. Kondisi keamanan yang belum kondusif juga mempengaruhi iklim investasi di Indonesia, yang menambah kesulitan dinegeri ini.
Tanda-tanda perekonomian mulai mengalami penurunan diawali padatahun 1997 dimana pada masa itulah terjadi krisis. Saat itu pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya berkisar pada level 4,7 persen, sangat rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang 7,8 persen. Kondisi keamanan yang belum kondusif juga mempengaruhi iklim investasi di Indonesia, yang menambah kesulitan dinegeri ini.
Hal
ini sangat berhubungan dengan aktivitas kegiatan ekonomi yang berdampak pada
penerimaan negara serta pertumbuhan ekonominya. Adanya peningkatan pertumbuhan
ekonomi yang diharapkan akan menjanjikan harapan bagi perbaikan kondisi ekonomi
dimasa mendatang. Bagi Indonesia, dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi maka
harapan meningkatnya pendapatan nasional (GNP), pendapatan persaingan kapita
akan semakin meningkat, tingkat inflasi dapat ditekan, suku bunga akan berada
pada tingkat wajar dan semakin bergairahnya modal bagi dalam negeri maupun luar
negeri. Namun semua itu bisa terwujud apabila kondisi keamanan dalam negeri
benar-benar telah kondusif. Kebijakan pemerintah saat ini didalam pemberantasan
terorisme, serta pemberantasan korupsi sangat turut membantu bagi pemulihan
perekonomian. Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator makro
ekonomi menggambarkan kinerja perekonomian suatu negara akan menjadi prioritas utama
bila ingin menunjukkan kepada pihak lain bahwa aktivitas ekonomi sedang
berlangsung dengan baik pada negaranya.
Selama
tiga tahun dari 2005, 2006, dan 2007 perekonomian Indonesia tumbuh cukup
signifikan (rata-rata di atas 6%), menjadikan Indonesia saat ini secara ekonomi
cukup dipertimbangkan oleh perekonomian dunia. Hal ini dapat dilihat dengan
diundangnya Indonesia ke pertemuan kelompok 8-plus (G8plus) di Kyoto Jepang
pada bulan Juli 2008 bersama beberapa negara yang disebut BRIICS (Brasil,
Rusia, India, Indonesia dan South Africa).
Pada
tahun 2008 pendapatan per kapita Indonesia sudah meliwati US$ 2.000, bahkan
pada tahun 2009, GDP Indonesia ditetapkan di atas angka 5.000 triliun Rupiah
atau setara dengan US$ 555 milyar. Angka-angka ini cukup mendukung estimasi
bahwa pada tahun 2015 Indonesia sudah menjadi salah satu raksasa ekonomi dunia
dengan GDP di atas US$ 1 triliun. Namun masih banyak hambatan yang dihadapi
oleh perekonomian Indonesia untuk menuju kesana, misalnya; kondisi
infrastruktur perekonomian (seperti jalan, jembatan, pelabuhan dan listrik),
tingginya angka pengangguran (kisaran 9%), tingginya inflasi yang disebabkan
oleh meningkatnya harga energi dunia (sudah menyentuh 11,,%), belum optimalnya
kedatangan FDI ke Indonesia, belum optimalnya peranan APBN sebagai stimulus
ekonomi (belum ekspansif).
B. Beberapa permasalahan ekonomi
Indonesia
Beberapa
permasalahan ekonomi Indonesia yang masih muncul saat ini dijadikan fokus
program ekonomi 2008-2009 yang tertuang dalam Inpres Nomor 5 tahun 2008 yang
memuat berbagai kebijakan ekonomi yang menjadi target Pemerintah yang dapat
dikelompokkan ke dalam 8 bidang yaitu:
·
Investasi.
·
ekonomi makro dan keuangan.
·
ketahanan energi.
·
sumber daya alam, lingkungan dan
pertanian.
·
pemberdayaan usaha mikro kecil dan menengah
(UMKM).
·
pelaksanaan komitmen masyarakat ekonomi
ASEAN.
·
infrastruktur .
·
ketenagakerjaan dan ketransmigrasian.
Dari sekian banyak masalah perekonomian yang dapat
mewujudkan target pemerintah diatas dapat dikelompokan menjadi masalah yang
paling pokok karena dampaknya yang meluas yaitu tentang permasalahan
Ketenagakerjaan yang melingkupi tingginya jumlah Pengangguran dan tingginya
tingkat Inflasi yang terjadi di Indonesia merupakan hal yang mendasari semua
permasalahan – permasalahan social di Indonesia.
v PENGANGGURAN
Pengangguran atau tuna
karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang
mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang
yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya disebabkan
karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan
jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali
menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran,
produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat
menyebabkan timbulnya kemiskinan dan
masalah-masalah sosial lainnya.
Tingkat
pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran
dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen. Ketiadaan pendapatan
menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang
menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang
berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap
penganggur dan keluarganya. Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat
menyebabkan kekacauan politik keamanan dan sosial sehingga mengganggu
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah
menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara. Di
negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah
"pengangguran terselubung" di mana pekerjaan yang semestinya bisa
dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.
@ Jenis
& macam pengangguran
J Berdasarkan
jam kerja
Berdasarkan jam kerja, pengangguran
dikelompokkan menjadi 3 macam:
·
Pengangguran Terselubung (Disguised
Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena
suatu alasan tertentu.
·
Setengah Menganggur (Under
Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena
tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya tenaga kerja setengah menganggur ini
merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam selama seminggu.
·
Pengangguran Terbuka (Open
Unemployment) adalah tenaga kerja yang sungguh-sungguh tidak mempunyai
pekerjaan. Pengganguran jenis ini cukup banyak karena memang belum mendapat
pekerjaan padahal telah berusaha secara maksimal.
J Berdasarkan
penyebab terjadinya
Berdasarkan penyebab terjadinya,
pengangguran dikelompokkan menjadi 7 macam:
·
Pengangguran friksional (frictional
unemployment)
Pengangguran friksional adalah
pengangguran yang sifatnya sementara yang disebabkan adanya kendala waktu,
informasi dan kondisi geografis antara pelamar kerja dengan pembuka lamaran
pekerja tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditentukan pembuka lapangan
kerja. Semakin maju suatu perekonomian suatu daerah akan meningkatkan kebutuhan
akan sumber daya manusia yang memiliki kualitas yang lebih baik dari
sebelumnya.
·
Pengangguran konjungtural (cycle
unemployment)
Pengangguran konjungtoral adalah
pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan gelombang (naik-turunnya)
kehidupan perekonomian/siklus ekonomi.
·
Pengangguran struktural (structural
unemployment)
Pengangguran struktural adalah
pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan struktur ekonomi dan corak ekonomi
dalam jangka panjang. Pengangguran struktural bisa diakibatkan oleh beberapa
kemungkinan, seperti:
§ Akibat
permintaan berkurang.
§ Akibat
kemajuan dan pengguanaan teknologi.
§ Akibat
kebijakan pemerintah
J Pengangguran
musiman (seasonal Unemployment)
Pengangguran musiman adalah keadaan
menganggur karena adanya fluktuasi kegiaan ekonomi jangka pendek yang
menyebabkan seseorang harus nganggur. Contohnya seperti petani yang
menanti musim tanam, pedagang durian yang menanti musim durian.
J Pengangguran
siklikal
Pengangguran siklikal adalah
pengangguran yang menganggur akibat imbas naik turun siklus ekonomi sehingga
permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada penawaran kerja.
J Pengangguran
teknologi
Pengangguran teknologi adalah
pengangguran yang terjadi akibat perubahan atau penggantian tenaga manusia
menjadi tenaga mesin-mesin.
J Pengangguran
siklus
Pengangguran siklus adalah pengangguran
yang diakibatkan oleh menurunnya kegiatan perekonomian karena terjadi resesi.
Pengangguran siklus disebabkan oleh kurangnya permintaan masyarakat (aggrerate
demand).
Beberapa hal yang menyebabkan
pengangguran antara lain:
§ Penduduk
yang relatif banyak.
§ Pendidikan
dan keterampilan yang rendah.
§ Angkatan
kerja tidak dapat memenuhi persyaratan yang diminta dunia kerja.
§ Teknologi
yang semakin modern.
§ Pengusaha
yang selalu mengejar keuntungan dengan cara melakukan penghematan-penghematan.
§ Penerapan
rasionalisasi.
§ Adanya
lapangan kerja yang dengan dipengaruhi musim.
§ Ketidakstabilan
perekonomian, politik dan keamanan suatu Negara
v INFLASI
Dalam ilmu
ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara
umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat
disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang
meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan
spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi
barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya
nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu
peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang
dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk
melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga
berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi.
Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan
persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya
harga. Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering
digunakan adalah CPI danGDP Deflator.
Inflasi
dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu inflasi ringan, sedang, berat,
dan hiperinflasi. Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga berada di bawah
angka 10% setahun; inflasi sedang antara 10%—30% setahun; berat antara 30%—100%
setahun; dan hiperinflasi atau inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan
harga berada di atas 100% setahun.
@ Penyebab
Terjadinya Inflasi
Inflasi
dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan (kelebihan
likuiditas/uang/alat tukar) dan yang kedua adalah desakan(tekanan) produksi dan
atau distribusi (kurangnya produksi (product or service) dan atau juga termasuk
kurangnya distribusi). Untuk sebab pertama lebih dipengaruhi dari peran negara
dalam kebijakan moneter (Bank Sentral), sedangkan untuk sebab kedua lebih
dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan eksekutor yang dalam hal ini
dipegang oleh Pemerintah (Government) seperti fiskal (perpajakan/pungutan/insentif/disinsentif),
kebijakan pembangunan infrastruktur, regulasi, dll.
Inflasi
tarikan permintaan (Inggris: demand pull inflation) terjadi akibat adanya
permintaan total yang berlebihan dimana biasanya dipicu oleh membanjirnya
likuiditas di pasar sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan memicu
perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya volume alat tukar atau likuiditas
yang terkait dengan permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan
bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi tersebut.
Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan
harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena
suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan
dalam situasi full employment dimanana biasanya lebih disebabkan oleh
rangsangan volume likuiditas dipasar yang berlebihan. Membanjirnya likuiditas
di pasar juga disebabkan oleh banyak faktor selain yang utama tentunya
kemampuan bank sentral dalam mengatur peredaran jumlah uang, kebijakan suku
bunga bank sentral, sampai dengan aksi spekulasi yang terjadi di sektor
industri keuangan.
Inflasi
desakan biaya (Inggris: cost push inflation) terjadi akibat adanya
kelangkaan produksi dan/atau juga termasuk adanya kelangkaan distribusi, walau
permintaan secara umum tidak ada perubahan yang meningkat secara signifikan.
Adanya ketidak-lancaran aliran distribusi ini atau berkurangnya produksi yang
tersedia dari rata-rata permintaan normal dapat memicu kenaikan harga sesuai
dengan berlakunya hukum permintaan-penawaran, atau juga karena terbentuknya
posisi nilai keekonomian yang baru terhadap produk tersebut akibat pola atau
skala distribusi yang baru. Berkurangnya produksi sendiri bisa terjadi akibat
berbagai hal seperti adanya masalah teknis di sumber produksi (pabrik,
perkebunan, dll), bencana alam, cuaca, atau kelangkaan bahan baku untuk
menghasilkan produksi tsb, aksi spekulasi (penimbunan), dll, sehingga memicu
kelangkaan produksi yang terkait tersebut di pasaran. Begitu juga hal yang sama
dapat terjadi pada distribusi, dimana dalam hal ini faktor infrastruktur
memainkan peranan yang sangat penting. Meningkatnya biaya produksi dapat
disebabkan 2 hal, yaitu : kenaikan harga, misalnya bahan baku dan kenaikan
upah/gaji, misalnya kenaikan gaji PNS akan mengakibatkan usaha-usaha swasta
menaikkan harga barang-barang.
v Penggolongan
Inflasi
Berdasarkan asalnya, inflasi dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu :
·
inflasi yang berasal dari dalam negeri.
Inflasi berasal dari dalam negeri
misalnya terjadi akibat terjadinya defisit anggaran belanja yang dibiayai
dengan cara mencetak uang baru dan gagalnya pasar yang berakibat
harga bahan makanan menjadi mahal.
·
inflasi yang berasal dari luar negeri.
inflasi dari luar negeri adalah inflasi yang terjadi
sebagai akibat naiknya harga barang impor. Hal ini bisa terjadi akibat
biaya produksi barang di luar negeri tinggi atau adanya kenaikan tarif impor
barang.
Inflasi
juga dapat dibagi berdasarkan besarnya cakupan pengaruh terhadap harga. Jika
kenaikan harga yang terjadi hanya berkaitan dengan satu atau dua barang
tertentu, inflasi itu disebut inflasi tertutup (Closed Inflation).
Namun, apabila kenaikan harga terjadi pada semua barang secara umum, maka inflasi
itu disebut sebagai inflasi terbuka (Open Inflation). Sedangkan
apabila serangan inflasi demikian hebatnya sehingga setiap saat harga-harga
terus berubah dan meningkat sehingga orang tidak dapat menahan uang lebih lama
disebabkan nilai uang terus merosot disebut inflasi yang tidak
terkendali (Hiperinflasi).
v Berdasarkan
keparahannya inflasi juga dapat dibedakan :
·
Inflasi ringan (kurang dari 10%/tahun).
·
Inflasi sedang (antara 10% sampai
30%/tahun).
·
Inflasi berat (antara 30% sampai
100%/tahun).
·
Hiperinflasi (lebih dari 100%/tahun).
v Berdasarkan
timbulnya inflasi :
·
inflasi yang berasal dari dalam negeri
(domestic inflation), inflasi ini timbul karena defisit anggaran belanja negara
dan gagalnya pasar yang berakibat harga kebutuhan pokok menjadi mahal.
·
inflasi yang berasal dari luar negeri
(imported inflation), terjadi karena kenaikan harga barang di negara lain,
biaya produksi barang luar negeri tinggi, kenaikan impor tarif baran.
v Berdasarkan
sebab-sebab timbulnya inflasi, dapat digolongkan:
·
Tarikan permintaan (demand pull
inflation).
inflasi ini terjadi karena permintaan
agregat masyarakat akan berbagai macam barang terus meningkat, misalnya:
ü bertambahnya
pengeluaran pemerintah yang dibiayai dengan pencetakan uang baru.
ü bertambahnya
pengeluaran investasi swasta karena kemudahan kredit bank.
·
Desakan biaya (cost push inflation)
inflasi ini diakibatkan oleh kenaikan
ongkos produksi, biasanya diawali dengan kenaikan biaya produksi, seperti :
ü kenaikan
upah.
ü kenaikan
harga bahan modal.
ü berkurangnya
jumlah penawaran.
ü naiknya
harga barang yang dibarengi dengan turunnya jumlah produksi.
C. HUBUNGAN
ANTARA PENGANGGURAN DENGA INFLASI
Kurva
Phillips menggambarkan adanya hubungan negatif antara laju inflasi dengan
pengangguran: Laju inflasi tinggi, pengangguran rendah (dan output tinggi).
Akan tetapi kebalikannya juga justru dapat terjadi yakni kenaikan harga-harga
secara umum, yang dilihat dari laju inflasi akan menurunkan output (produksi
nasional) dan dengan sendirinya meningkatkan pengangguran. Hubungan inflasi,
output dan pengangguran (tiga hal yang sangat sentral dalam kebijakan
makroekonomi) sangat ditentukan oleh aggregat penawaran dan permintaan terhadap
barang-barang dan jasa-jasa. Apabila aggregat permintaan meningkat, permintaan
terhadap tenaga kerja akan meningkat (dengan sendirinya pengangguran berkurang)
dan produksi nasional juga meningkat (dengan sendirinya pertumbuhan ekonomi
meningkat). Akan tetapi, sebaliknya kenaikan aggregat permintaan tersebut akan
menaikkan harga-harga (meningkatkan laju inflasi). Ini yang dinamakan hubungan
negatif inflasi dan pengangguran.
Di
tahun 50-an dan 60-an, hubungan negatif ini luas ditemukan di negeri maju
seperti Inggris dan Amerika. Bagaimana bila terjadi penurunan dalam aggregat
penawaran terhadap barang-barang dan jasa-jasa? Penurunan penawaran dengan
sendirinya berakibat pada “seolah” kenaikan dalam permintaan. Akibatnya
harga-harga meningkat (inflasi meningkat). Akan tetapi karena penawaran menurun
ini berarti permintaan terhadap tenaga kerja juga menurun yang dengan
sendirinya menurunkan produksi nasional. Akhirnya yang terjadi adalah inflasi
tinggi dan pengangguran tinggi (dan pertumbuhan ekonomi rendah). Ini yang luas
terjadi di tahun 70-an ketika terjadi resesi ekonomi global.
v Beberapa
hal yang berhubungan dengan inflasi:
·
DEFLASI, daya beli uang yang mengalami
peningkatan, karena jumlah uang yang beredar relatif lebih sedikit dari jumlah
barang dan jasa yang tersedia. Tujuan dari devaluasi adalah untuk meningkatkan
ekspor barang, neraca pembayaran menjadi surplus.
·
DEFRESIASI, penurunan nilai tukar mata
uang terhadap mata uang asing yang terjadi di pasar uang.
·
APRESIASI, kenaikan nilai tukar suatu
mata uang terhadap mata uang asing yang terjadi di pasar uang.
·
INFLASI TERBUKA, keadaan dimana
harga-harga bergerak tak terkendali, serta terdapat kelebihan permintaan
terhadap barang.
·
SANERING, pemotongan nilai mata uang
yang dilakukan oleh pemerintah.
·
REVALUASI, kebijakan pemerintah untuk
menaikan nilai mata uang dalam negeri terhadap valuta asing.
·
DEVALUASI, kebijakan pemerintah untuk
menurunkan nilai mata uang dalam negeri terhadap valuta asing dengan sengaja.
Deflasi dapat di atasi dengan cara pemerintah menambah pembelanjaan, masyarakat
menambah pengeluaran.
Komentar
Posting Komentar