Manajemen dan Organisasi


Nama : Helena Christy
Kelas : 1EB09
NPM : 23212372
*Tugas 5
A.   Manajemen
1.     Pengertian dan Peranan Manajemen
Manajemen berasal  dari kata bahasa inggris “manage” yang berarti mengatur, mengurus, atau mengelola. Konsep manajemen dapat dipergunakan secara luas. Pngertian menurut para ahli sebagai berikut.
a.     Harold Koontz dan Cyril O’donnel
Manajemen adalah usaha untuk mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain.
b.     R. Terry (Pengusaha dan Politikus dari Amerika)
Manajemen merupakan suatu proses khas yang terdiri atas tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lain.
c.      James A.F. Stoner
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengerahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
d.     Marry Parker Follet
Manajemen adalah seni dan ilmu perencanaa, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan, dan pengawasan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
e.      Oey Liang Lee
Manajemen adalah seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Para manajer mencapai tujuan organisasi melalui pengaturan orang-orang lain untuk melaksanakan berbagai tugas yang mungkin diperlukan.
v Peranan Manajemen
Peranan manajemen disini dihubungan dengan fungsi manajemen, yaitu :
a)     Planning (Perencanaan) Merupakan proses kegiatan pemikiran, dugaan dan penentuan prioritasprioritas yang harus dilakukan secara rasional sebelum melaksanakantindakan yang sebenarnya
b)    Organizing (Pengornisasian)
Proses penyusunan pembagian kerja ke dalam unit-unit kerja dan fungsi-fungsinya serta penempatan orang yang menduduki fungsi-fungsinya tersebut secara tepat.
c)     Directing (Pengarahan)
Mengarahkan bawahan, sehingga pimpinan secara manusiawi bisa mengikat bawahan untuk bekerja sama secara sukarela menyumbangkan tenaganya seefisien dan seefektif mungkin untuk mencapai tujuan organisasi.
d)    Coordinating (Pengkoordinasian)
Agar terdapat komunikasi atau kesesuaian dari berbagai kepentingan dan perbedaan kegiataan sehingga tercapai
tujuan organisasi.
e)     Controlling (Pengawasan)
Perbaikkan-perbaikkan yang perlu dilakukan jika terjadi
penyimpangan pelaksanaan dari perencanaan Selain kategori besar dari fungsi manajemen, manajer pada berbagai tingkat hirarki mengisi peran manajerial yang berbeda.
Peran ini dikategorikan oleh peneliti Henry Mintzberg, dan mereka dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis utama: decisional,interpersonal, dan informasi.

PERAN DECISIONAL 

peran Decisional memerlukan manajer untuk merencanakan strategi dan memanfaatkan sumber daya. Ada empat peran spesifik yang decisional. Peran pengusaha memerlukan manajer untuk menetapkan sumber daya untuk mengembangkan barang yang inovatif dan jasa, atau untuk mengembangkan bisnis. Sebagian besar peran ini akan diselenggarakan oleh manajer tingkat atas, meskipun manajer menengah dapat diberikan beberapa kemampuan untuk membuat keputusan tersebut. Penangan gangguan mengoreksi masalah tak terduga yang dihadapi organisasi dari lingkungan internal atau eksternal. Manajer di semua tingkatan dapat mengambil peran ini. Misalnya, pertama-line manajer dapat memperbaiki masalah menghentikan jalur perakitan atau manajer tingkat menengah mungkin mencoba untuk mengatasi setelah terjadinya perampokan toko. Top manajer lebih mungkin untuk menghadapi krisis besar, seperti membutuhkan penarikan produk cacat. Peran decisional ketiga, yaitu pengalokasi sumber daya, menentukan yang melibatkan unit kerja yang akan mendapatkan sumber daya. Top manajer cenderung membuat besar, keputusan anggaran secara keseluruhan, sementara mangers menengah dapat membuat alokasi yang lebih spesifik. Dalam beberapa organisasi, manajer pengawas bertanggung jawab untuk menentukan alokasi untuk menaikkan gaji karyawan. Akhirnya, negosiator bekerja dengan orang lain, seperti pemasok, distributor, atau serikat buruh, untuk mencapai kesepakatan mengenai produk dan jasa. Pertama-tingkat manajer dapat bernegosiasi dengan karyawan tentang isu-isu kenaikan gaji atau jam lembur, atau mereka dapat bekerja dengan manajer pengawasan lainnya bila diperlukan sumber daya harus dibagi. manajer Tengah juga bernegosiasi dengan manajer lain dan cenderung untuk bekerja untuk mengamankan harga yang diinginkan dari pemasok dan distributor. Top manajer bernegosiasi tentang isu-isu yang lebih besar, seperti kontrak kerja, atau bahkan merger dan akuisisi perusahaan lain.

PERAN INTERPERSONAL 

peran interpersonal memerlukan manajer untuk mengarahkan dan mengawasi karyawan dan organisasi. boneka ini biasanya seorang manajer menengah atas. manajer ini dapat berkomunikasi tujuan organisasi masa depan atau panduan etika bagi karyawan dengan pertemuan perusahaan. Seorang pemimpin bertindak sebagai contoh bagi karyawan lainnya untuk mengikuti, memberikan perintah dan arahan kepada bawahan, membuat keputusan, dan memobilisasi dukungan karyawan. Manajer harus menjadi pemimpin di semua tingkat organisasi; sering rendah tingkat manajer melihat ke manajemen puncak untuk contoh kepemimpinan. Dalam peran penghubung, palungan harus mengkoordinasikan pekerjaan orang lain di unit kerja yang berbeda, membangun aliansi antara lain, dan bekerja sumber daya untuk berbagi. Peran ini sangat penting bagi manajer menengah, yang sering harus bersaing dengan manajer lain untuk sumber daya yang penting, namun harus menjaga hubungan yang sukses bekerja dengan mereka untuk jangka waktu yang lama.
PERAN INFORMASI

Informational peran adalah mereka di mana para manajer mendapatkan dan mengirimkan informasi. Peran ini telah berubah secara dramatis sebagai teknologi telah meningkat. Monitor mengevaluasi kinerja orang lain dan mengambil tindakan korektif untuk meningkatkan kinerja itu. Monitor juga mengawasi perubahan lingkungan dan di dalam perusahaan yang dapat mempengaruhi kinerja individu dan organisasi. Pemantauan terjadi pada semua tingkat manajemen, meskipun manajer di tingkat yang lebih tinggi organisasi lebih mungkin untuk memantau ancaman eksternal terhadap lingkungan dibandingkan tengah atau manajer lini pertama. Peran penyebar mensyaratkan bahwa manajer memberitahu karyawan perubahan yang mempengaruhi mereka dan organisasi. Mereka juga mengkomunikasikan visi dan tujuan perusahaan.

Manajer di setiap tingkat menyebarkan informasi kepada orang-orang di bawah mereka, dan banyak informasi ini menetes alam dari atas ke bawah. Akhirnya, juru bicara berkomunikasi dengan lingkungan eksternal, dari iklan perusahaan barang dan jasa, untuk menginformasikan masyarakat tentang arah organisasi. Juru bicara untuk pengumuman besar, seperti perubahan arah strategis, kemungkinan untuk menjadi seorang manajer top. Tapi, lain, informasi lebih rutin dapat diberikan oleh manajer pada semua tingkat perusahaan. Misalnya, seorang manajer menengah dapat memberikan press release ke koran lokal, atau manajer supervisor dapat memberikan presentasi pada pertemuan komunitas.
2.     Latar belakang sejarah Manajemen
Banyak kesulitan yang terjadi dalam melacak sejarah manajemen.
Beberapa orang melihatnya (dengan definisi) sebagai konseptualisasi modern akhir (late modern conceptualization). Dalam istilah tersebut manajemen tidak memiliki sejarah pra-modern, hanya merupakan pertanda. Beberapa orang lainnya, mendeteksi aktivitas mirip-manajemen di masa pra-modern. Beberapa penulis melacak perkembangan pemikiran manajemen pada pedagangpedangan Sumeria dan pembangun piramid Mesir. Para pemilik budak selama berabad-abad menghadapi permasalahan eksploitasi/memotivasi budak yang bergantung namun terkadang suka melawan (memaksa otoritas), namun banyak perusahaan pra-industri, dengan skala mereka yang kecil, tidak merasa terdorong ungtuk menghadapi permasalahan manajemen secara sistematis. namun, inovasi seperti penyebaran sistem angka Hindu-Arab (abad ke-5 hingga ke15) dan kodifikasi kesekretariatan entri-ganda (1494) menyediakan perangkat untuk penilaian, perencanaan dan kendali manajemen.
Abad 19
Bidang pelajaran manajemen berkembang dari kondisi ekonomi di abad
ke-19. Pelaku Ekonomi klasik seperti Adam Smith dan John Stuart Mill
memberikan teori alokasi sumber daya, produksi dan penetapan harga.
Pada saat yang hampir bersamaan, penemu seperti Eli Whitney, James
Watt, dan Matthew Boulton mengembangkan teknik produksi seperti
standarisasi, prosedur kontrol kualitas, akuntansi biaya, penukaran bahan, dan perencanaan kerja. Pada pertengahan abad 19, Robert Owen, Henry Poor, dan M. Laughlin dan lain-lain memperkenalkan elemen manusia dengan teori pelatihan, motivasi, struktur organisasi dan kontrol pengembangan pekerja. Pada akhir abad 19, Pelaku ekonomi marginal Alfred Marshall dan Leon Walras dan lainnya memperkenalkan lapisan baru yang kompleks ke teori manajemen. Pada 1900an manajer mencoba mengganti teori mereka secara keseleruhan berdasarkan sains.
Abad 20
Teori pertama tentang manajemen yang lengkap muncul sekitar tahun
1920. Orang seperti Henry Fayol dan Alexander Church menjelaskan beberapa cabang dalam manajemen dan hubungan satu sama lain. Peter Drucker menulis salah satu buku paling awal tentang manajemen terapan: "Konsep Korporasi" (Concept of the Corporation), diterbitkan tahun 1946. Buku ini muncul atas ide Alfred Sloan (chairman dari General Motors) yang menugaskan penelitian tentang organisasi. H. Dodge, Ronald Fisher, dan Thorton C Fry memperkenalkan teknik statistika ke dalam manajemen. Pada tahun 1940an, Patrick Blackett mengkombinasikan teori statistika dengan teori mikroekonomi dan lahirlah ilmu riset operasi. Riset operasi, sering dikenal dengan "Sains Manajemen", mencoba pendekatan sains untuk menyelesaikan masalah dalam manajemen, khususnya di bidang logistik dan operasi. Mendekati akhir abad 20, manajemen terdiri dari beberapa   bidang terpisah, termasuk:
·        Manajemen Sumber daya manusia
·        Manajemen operasi atau produksi
·        Manajemen strategi
·         Manajemen pemasaran
·        Manajemen keuangan
·         Manajemen informasi teknologi
3.     Fungsi dan Proses Manajemen
Fungsi Manajemen

Aspek yang dikelola fungsi manajemen mencakup produksi, pemasaran, SDM dan keuangan, dan sumber daya lainnya. Proses manajemen menggambarkan kegiatan kegiatan utama sebagai manajer. Sedangkan pengertian manajemen adalah pekerjaan seorang manajer atau pimpinan dan berlaku bagi semua kegiatan bisnis hanya berbeda tingkat kompleksitasnya tergantung skala ekonominya.

Tugas utama seorang Manajer melakukan kegiatannya adalah bekerja dengan dan melalui orang lain dengan mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan untuk mencapai sasaran organisasi usaha. Manajemen sebagai proses mengkoordinasi kegiatan kegiatan pekerjaan secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain. 

Proses menggambarkan fungsi-fungsi yang sedang berjalan atau kegiatan utama yang dilakukan oleh Manajer. Fungsi-fungsi tersebut lazimnya disebut merancang, mengorganisasi, memimpin dan mengendalikan sebagai fungsi dasar manajemen. Dalam kaitan ini dapat dibedakan kedudukan manjerial dan nonmanajerial atau posisi manajer dan karyawan. Terdapat unsur lain yang masuk dalam manajemen yaitu efisien dan efektif. 

Efisiensi mengacu pada memperoleh keluaran (output) terbesar dengan masukan (input) terkecil. Efisiensi juga dapat diartikan sebagai ”melakukan segala sesuatu secara benar”, artinya tidak memboroskan sumberdaya. Manajemen juga sangat memperhatikan efektifitas menyelesaikan kegiatan-kegiatan sehingga sasaran organisasi dapat tercapai. Efektivitas sering menggambarkan sebagai ”melakukan segala sesuatu yang benar yaitu, aktivitas-aktivitas pekerjaan yang membantu organisasi mencapai sasaran. 

Fungsi fungsi manajemen dapat diringkas menjadi empat fungsi dasar dan paling penting:

1. Merencanakan:
·        Fungsi ini mencakup menetapkan sasaran, menetapkan strateji, dan menyusun rencana untuk memadukan dan mengkoordinasikan sejumlah kegiatan untuk mencapai sasaran.
2. Mengorganisasi:

·        Fungsi ini mencakup menentukan apa yang perlu dilakukan, bagaimana cara melakukan, dan siapa yang harus melakukan, dan siapa melapor kepada siapa.

3. Memimpin:

·        Tugas manajemen adalah bekerja dan melalui orang lain, fungsinya adalah mengarahkan dan memotivasi, mempengaruhi dan individu atau tim untuk bekerja, memilih saluran komunikasi yang efektif atau menyelesaikan konflik

4. Mengendalikan:

·        Fungsi ini untuk menjamin sesuatu berjalan sebagaimana mestinya dengan memantau dan menilai kinerja denganmembandungkan kinerja aktual dengan sasaran yang yang telah ditetapkan.

Fungsi-fungsi penting manjaemen tersebut di atas bertujuan untuk menghasilkan pencapaian tujuan yang dinyatakan oleh organisasi.


Proses Manajemen


Merupakan serangkaian keputusan dan kegiatan kerja seorang manajer sewaktu merancang, mengatur, atau menorganisasi, memimpin atau melaksanakan kegiatan usaha dan mengnendalikan usahanya. Setiap waktu manajer itu melakukan pekerjaan pengelolaan usahanya, kegiatan para pebisnis itu seringkali dilakukan secara terus menerus tiada henti yakni dalam suatu proses. 

Para manajer atau pebisnis atau usahawan memiliki beberapa peran manajer tanpa memperdulikan jenis organisasi atau tingkatan di dalam organisasi adalah menjalankan peranan yang sama dan yang berkaitan dengan perilaku: 

1.                 Peran antar pribadi yang merupakan peran komunikasi antar orang (misalnya memberikan sapaan kepada pihak pelanggan atau calon pembeli dalam hal menawarkan produknya), peran manajerial (misalnya antarapimpinan dan karyawan atau bawahan dan orang di luar organisasi) dan sebagai penghubung antara usahanya dengan calon peminjam, pembeli produk dengan pengusaha lain
2.                 Peran informasional yang meliputi menari dan menerima mengumpulkan informasi (untuk meningkatkan usaha, melakukan kontak pribadi) dan menyebarkan informasi Misalnya melakukan pertemuan dengan karyawan,pihak lain dalam rangka kegiatan usaha dan pelanggan), dan juru bicara(meneruskan informasi kepada berbagai pihak untuk meyakinkan usahanya);
3.                 Peran pengambilan keputusan, yang berkisar membuat pilihan yang meliputi wirausahawan (misalnya mencari peluang dan inisiatif untuk perbaikan usaha), penyelesai gangguan (berupaya untuk menghadapi gangguan atau krisis yang mendadak dalam kegiatan usahanya), pembagi sumber daya (misalnya menyusun alokasi penggunaan uang, dan kegiatan karyawan), dan perunding (berperan dalam perundingan kerjasama atau kontrak atau calon pemberi pinjaman).
4.     Ciri-ciri manajer Profesional
Berkaitan dengan Hubungan antar Pribadi
Ø Pemimpin Lambang (Figurehead)
Kepala Simbolis ; diperlukan untuk
menjalankan sejumlah kewajiban rutin yang
bersifat legal dan sosial
Ø Pemimpin (Leader)
Bertanggung jawab untuk memotivasi dan
mengaktifkan bawahan ; bertanggung jawab
untuk mengisi posisi yang kosong (staffing),
melatih dan tugas-tugas yang terkait
Ø Penghubung (Liaison)
Memelihara suatu jaringan kontak luar yang
berkembang sendiri yang memberikan dukungan
dan informasi
Berkaitan dengan Informasi
Ø Pemantau (Monitor)
Sebagai pusat saraf informasi internal dan eksternal tentang organisasi
Ø Penyebar (Dissiminator)
Meneruskan informasi yang diterima dari orang luar atau dari bawahan kepada anggota organisasi
Ø Jurubicara (Spokesperson)
Meneruskan informasi kepada orang luar mengenai rencana, kebijakan, tindakan dan hasil organisasi
Berkaitan dengan Pengambilan Keputusan
Ø Wirausaha (Entrepreneur)
Mencari kesempatan dalam organisasi dan lingkungannya serta memprakarsai “proyek-proyek perbaikkan” untuk menimbulkan perubahan
Ø Pengendali Gangguan (Disturbance Handler)
Bertanggung jawab atas tindakan korektif bila organisasi menghadapi gangguan mendadak dan penting
Ø Pengalokasi Sumber Daya (Resource Allocator)
Bertanggung jawab terhadap alokasi segala sumber daya organisasi
Ø Perunding (Negotiator)
Mewakili organisasi pada perundingan-perundingan utama
5.     Keterampilan manajemen yang dibutuhkan
Ada 5 keterampilan yg dibutuhkan oleh manajer, yaitu sebagai berikut :
1.     Keterampilan konseptual (conceptional skill)
Manajer tingkat atas (top manager) harus memiliki keterampilan untuk membuat konsep, ide, dan gagasan demi kemajuan 
organisasi. Gagasan atau ide serta konsep tersebut kemudian haruslah dijabarkan menjadi suatu rencana kegiatan untuk mewujudkan gagasan atau konsepnya itu. Proses penjabaran ide menjadi suatu rencana kerja yang kongkret itu biasanya disebut sebagai proses perencanaan atau planning. Oleh karena itu, keterampilan konsepsional juga meruipakan keterampilan untuk membuat rencana kerja.
2.     Keterampilan berhubungan dengan orang lain (humanity skill)
Selain kemampuan konsepsional, manajer juga perlu dilengkapi dengan keterampilan berkomunikasi atau keterampilan berhubungan dengan orang lain, yang disebut juga keterampilan kemanusiaan. Komunikasi yang persuasif harus selalu diciptakan oleh manajer terhadap bawahan yang dipimpinnya. Dengan komunikasi yang persuasif, bersahabat, dan kebapakan akan membuat karyawan merasa dihargai dan kemudian mereka akan bersikap terbuka kepada atasan. Keterampilan berkomunikasi diperlukan, baik pada tingkatan manajemen atas, menengah, maupun bawah.
3.     Keterampilan teknis (technical skill)
Keterampilan ini pada umumnya merupakan bekal bagi manajer pada tingkat yang lebih rendah. Keterampilan teknis ini merupakan kemampuan untuk menjalankan suatu pekerjaan tertentu, misalnya menggunakan program komputer, memperbaiki mesin, membuat kursi, akuntansi dan lain-lain.
4.  Keterampilan manajemen waktu
Merupakan keterampilan yang merujuk pada kemampuan seorang manajer untuk menggunakan waktu yang dimilikinya secara bijaksana. Griffin mengajukan contoh kasus Lew Frankfort dari Coach. Pada tahun 2004, sebagai manajer, Frankfort digaji $2.000.000 per tahun. Jika diasumsikan bahwa ia bekerja selama 50 jam per minggu dengan waktu cuti 2 minggu, maka gaji Frankfort setiap jamnya adalah $800 per jam—sekitar $13 per menit. Dari sana dapat kita lihat bahwa setiap menit yang terbuang akan sangat merugikan perusahaan. Kebanyakan manajer, tentu saja, memiliki gaji yang jauh lebih kecil dari Frankfort. Namun demikian, waktu yang mereka miliki tetap merupakan aset berharga, dan menyianyiakannya berarti membuang-buang uang dan mengurangi produktivitas perusahaan.
5.   Keterampilan membuat keputusan
Merupakan kemampuan untuk mendefinisikan masalah dan menentukan cara terbaik dalam memecahkannya. Kemampuan membuat keputusan adalah yang paling utama bagi seorang manajer, terutama bagi kelompok manajer atas (top manager). Griffin mengajukan tiga langkah dalam pembuatan keputusan. Pertama, seorang manajer harus mendefinisikan masalah dan mencari berbagai alternatif yang dapat diambil untuk menyelesaikannya. Kedua, manajer harus mengevaluasi setiap alternatif yang ada dan memilih sebuah alternatif yang dianggap paling baik. Dan terakhir, manajer harus mengimplementasikan alternatif yang telah ia pilih serta mengawasi dan mengevaluasinya agar tetap berada di jalur yang benar
B.    Organisasi
1.     Definisi Organisasi
Organisasi (Yunani: ὄργανον, organon - alat) adalah suatu kelompok orang dalam suatu wadah untuk tujuan bersama.
Terdapat beberapa teori dan perspektif mengenai organisasi, ada yang cocok sama satu sama lain, dan ada pula yang berbeda.  Organisasi pada dasarnya digunakan sebagai tempat atau wadah dimana orang-orang berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya (uang, material, mesin, metode, lingkungan), sarana-parasarana, data, dan lain sebagainya yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi.
Menurut para ahli terdapat beberapa pengertian organisasi sebagai berikut.
·         Stoner mengatakan bahwa organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah pengarahan atasan mengejar tujuan bersama 
·         James D. Mooney mengemukakan bahwa organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama 
·         Chester I. Bernard berpendapat bahwa organisasi adalah merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih
·         Stephen P. Robbins menyatakan bahwa Organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan.
Sebuah organisasi dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sama dengan perwujudan eksistensi sekelompok orang tersebut terhadap masyarakat. Organisasi yang dianggap baik adalah organisasi yang dapat diakui keberadaannya oleh masyarakat disekitarnya, karena memberikan kontribusi seperti; pengambilan sumber daya manusia dalam masyarakat sebagai anggota-anggotanya sehingga menekan angka pengangguran Orang-orang yang ada di dalam suatu organisasi mempunyai suatu keterkaitan yang terus menerus. Rasa keterkaitan ini, bukan berarti keanggotaan seumur hidup. Akan tetapi sebaliknya, organisasi menghadapi perubahan yang konstan di dalam keanggotaan mereka, meskipun pada saat mereka menjadi anggota, orang-orang dalam organisasi berpartisipasi secara relatif teratur.  
dari definisi dapat disimpulkan bahwa organisasi mencakup 3 elemen pokok:
a. Interaksi manusia
b. Kegiatan yang mengarah pada tujuan
c. Struktur organisasi itu sendiri
2.     Pentingnya mengenal organisasi
Kita selalu berkaitan dengan organisasi, tim olah raga dan organisasi sosial,
kelompok keagaamaan, bahkan kelompok binatang pun ada, seperti lebah,
semut, rayap. Perusahaan kecil, fungsi pengorganisasian sederhana, misal : took kelontong, manajer-pemilik toko mempekerjakan beberapa orang ; melayani pembeli, membersihkan, mengatur barang, serta menjaga toko.
Organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara. Sebagai makhluk yang selalu hidup bersama-sama, manusia membentuk organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri.
Menurut Berelson dan Steiner(1964:55) sebuah organisasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1.     Formalitas, merupakan ciri organisasi sosial yang menunjuk kepada adanya perumusan tertulis daripada peratutan-peraturan, ketetapan-ketetapan, prosedur, kebijaksanaan, tujuan, strategi, dan seterusnya.
2.     Hierarkhi, merupakan ciri organisasi yang menunjuk pada adanya suatu pola kekuasaan dan wewenang yang berbentuk piramida, artinya ada orang-orang tertentu yang memiliki kedudukan dan kekuasaan serta wewenang yang lebih tinggi daripada anggota biasa pada organisasi tersebut.
3.     Besarnya dan Kompleksnya, dalam hal ini pada umumnya organisasi sosial memiliki banyak anggota sehingga hubungan sosial antar anggota adalah tidak langsung (impersonal), gejala ini biasanya dikenal dengan gejala “birokrasi”.
4.     Lamanya (duration), menunjuk pada diri bahwa eksistensi suatu organisasi lebih lama daripada keanggotaan orang-orang dalam organisasi itu.
Ada juga yang menyatakan bahwa organisasi sosial, memiliki beberapa ciri lain yang behubungan dengan keberadaan organisasi itu. Diantaranya ádalah:
1.     Rumusan batas-batas operasionalnya(organisasi) jelas. Seperti yang telah dibicarakan diatas, organisasi akan mengutamakan pencapaian tujuan-tujuan berdasarkan keputusan yang telah disepakati bersama. Dalam hal ini, kegiatan operasional sebuah organisasi dibatasi oleh ketetapan yang mengikat berdasarkan kepentingan bersama, sekaligus memenuhi aspirasi anggotanya.
2.     Memiliki identitas yang jelas. Organisasi akan cepat diakui oleh masyarakat sekelilingnya apabila memiliki identitas yang jelas. Identitas berkaitan dengan informasi mengenai organisasi, tujuan pembentukan organisasi, maupun tempat organisasi itu berdiri, dan lain sebagainya.
3.     Keanggotaan formal, status dan peran. Pada setiap anggotanya memiliki peran serta tugas masing masing sesuai dengan batasan yang telah disepakati bersama.
Jadi, dari beberapa ciri organisasi yang telah dikemukakan kita akan mudah membedakan yang mana dapat dikatakan organisasi dan yang mana tidak dapat dikatakan sebagai sebuah organisasi
Secara garis besar organisasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu organisasi formal dan organisasi informal. Pembagian tersebut tergantung pada tingkat atau derajat mereka terstruktur. Namur dalam kenyataannya tidak ada sebuah organisasi formal maupun informal yang sempurna.
Organisasi Formal
Organisasi formal memiliki suatu struktur yang terumuskan dengan baik, yang menerangkan hubungan-hubungan otoritasnya, kekuasaan, akuntabilitas dan tanggung jawabnya. Struktur yang ada juga menerangkan bagaimana bentuk saluran-saluran melalui apa komunikasi berlangsung. Kemudian menunjukkan tugas-tugas terspesifikasi bagi masing-masing anggotanya. Hierarki sasaran organisasi formal dinyatakan secara eksplisit. Status, prestise, imbalan, pangkat dan jabatan, serta prasarat lainya terurutkan dengan baik dan terkendali. Selain itu organisasi formal tahan lama dan mereka terencana dan mengingat bahwa ditekankan mereka beraturan, maka mereka relatif bersifat tidak fleksibel. Contoh organisasi formal ádalah perusahaan besar, badan-badan pemerintah, dan universitas-universitas (J Winardi, 2003:9).
Organisasi informal
Keanggotaan pada organisasi-organisasi informal dapat dicapai baik secara sadar maupun tidak sadar, dan kerap kali sulit untuk menentukan waktu eksak seseorang menjadi anggota organisasi tersebut. Sifat eksak hubungan antar anggota dan bahkan tujuan organisasi yang bersangkutan tidak terspesifikasi. Contoh organisasi informal adalah pertemuan tidak resmi seperti makan malam bersama. Organisasi informal dapat dialihkan menjadi organisasi formal apabila hubungan didalamnya dan kegiatan yang dilakukan terstruktur dan terumuskan. Selain itu, organisasi juga dibedakan menjadi organisasi primer dan organisasi sekunder menurut Hicks:
·         Organisasi Primer, organisasi semacam ini menuntut keterlibatan secara lengkap, pribadi dan emosional anggotanya. Mereka berlandaskan ekspektasi rimbal balik dan bukan pada kewajiban yang dirumuskan dengan eksak. Contoh dari organisasi semacam ini adalah keluarga-keluarga tertentu.
·         Organisasi Sekunder, organisasi sekunder memuat hubungan yang bersifat intelektual, rasional, dan kontraktual. Organisasi seperti ini tidak bertujuan memberikan kepuasan batiniyah, tapi mereka memiliki anggota karena dapat menyediakan alat-alat berupa gaji ataupun imbalan kepada anggotanya. Sebagai contoh organisasi ini adalah kontrak kerjasama antara majikan dengan calon karyawannya dimana harus saling setuju mengenai seberapa besar pembayaran gajinya.
3.  Bentuk-bentuk Organisasi
Salah satu usaha untuk menjamin adanya fleksibilitas dalam rangka pengembangan organisasi, maka bentuk organisasi harus diusahakan sesederhana mungkin.Dalam perkembangannya sampai sekarang ini pada pokoknya ada enam (6) macam bentuk organisasi yang masing-masing mempunyai kebaikan dan keburukkanya. Keenam macam bentuk itu ialah:
1.     Organisasi Lini
2.     Organisasi Fungsional
3.     Organisasi Lini dan Staff
4.     Organisasi Funsional dan Lini
5.     Organisasi Matrik
6.     Organisasi Komite
1.     Organisasi Lini adalah bentuk organisasi yang didalamnya tedapat garis wewenan yang berhubungan langsung secara vertikal antara atasan dengan bawahan. Setiap kepala unit mempunyai tanggung jawab untuk melaporkan kepada kepala unit satu tingkat diatasnya.
Ciri-ciri Lini :
ü  Jumlah karyawan sedikit
ü  Selain top manajer, manajer bawahan hanya sebagai pelaksana
ü  Sarana dan alatnya terbatas
ü  Hubungan atasan dan bawahan bersifat langsung
ü  Bentuk lini perusahaan perseorangan, pemilik perusahaan adalah sebagai top manajer
Kebaikan :
ü Atasan dan bawahan dihubungkan dengan satu garis komando
ü Rasa solidaritas dan spontanitas seluruh anggota organisasi besar
ü Proses decision makin berjalan cepat
ü Disiplin dan loyalitas tinggi
ü Rasa saling pengertian antara anggota tinggi
Keburukan :
ü Ada tendensi gaya kepemimpinan otokratis
ü Pengembangan kreativitas karyawan terhambat
ü Tujuan top manajer sekarang tidak bisa dibedakan dengan tujuan organisasi
ü Karyawan tergantung pada satu orang dalam organisasi

Gambar Organisasi Lini

2.     Organisasi Fungsional adalah suatu organisasi dimana wewenang dari pimpinan tertinggi dilimpahkan kepada kepala bagian yang mempunyai jabatan fungsional untuk dikerjakan kepada para pelaksana yang mempunyai keahlian khusus.
Ciri-ciri fungsional :
ü Organisasi kecil
ü Di dalamnya terdapat kelompok-kelompok kerja staf ahli
ü Spesialisasi dalam pelaksanaan tugas
ü Target yang hendak dicapai jelas dan pasti
ü Pengawasan dilakukan secara ketat
Kebaikan :
ü Program terarah, jelas, dan cepat
ü Anggaran, personalia, dan sarana tepat dan sesuai
ü Kenaikan pangkat pejabat fungsional cepat
Keburukan :
ü Pejabat fungsional bingung dalam mengikuti prosedur administrasi
ü Koordinasi sulit dilaksanakan
ü Pangkat pejabat fungsional lebih tinggi dibandingkan kepala unit sehingga inspeksi sulit dilaksanakan.
3.     Organisasi Lini dan Staff adalah suatu bentuk organisasi dimana petimpahan wewenang berlangsung secara vertical dan sepenuhnya dari pucuk pimpinan ke kepala bagian di bawahnya serta masing-masing penjabat, manajer ditempatkan satu atau lebih penjabat staf yang tidak mempunyai wewenang memerintah tetapi hanya sebagai penasiha, misalnya mengenai masalah kearsipan, keuangan, personel, dam sebagainya.
Ciri-ciri Lini dan Staf :
ü Hubungan atasan dan bawahan tidak seluruhnya secara langsung.
ü Karyawan banyak.
ü Organisasi besar.
ü Ada 2 kelompok kerja dalam organisasi sehingga ditekankan adanya spesialisasi :
·        Personel Lini
·        Personel Staf
Kebaikan :
ü Ada pembagian tugas yang jelas
ü Kerjasama dan koordinasi dapat dilaksanakan dengan jelas
ü Pengembangan bakat segenap anggota organisasi terjamin
ü Staffing dilaksanakan sesuai dengan prinsip the right man on the right place
ü Bentuk organisasi ini fleksibel untuk ditetapkan
Keburukan:
ü Tugas pokok orang-orang sering dinomorduakan
ü Proses decision makin berliku-liku
ü Jika pertimbangan tidak terkontrol maka sering menimbulkan nepotism spoilsystem patronage
ü Persaingan tidak sehat antara penjabat yang satu dengan penjabat yang lainnya.
4.     Organisasi Fungsional dan Lini adalah bentuk organisasi dimana wewenang dari pimpinan tertinggi dilimpahkan kepada kepala bagian dibawahnya yang mempunyai keahlian tertentu serta sebagian dilimpahkan kepada pejabat fungsional yang koordinasinya tetap diserahkan kepada kepala bagian.
Ciri-ciri :
ü Tidak tampak adanya pembedaan tugas pokok dan bantuan
ü Spesialisasi secara praktis pada pejabat fungsional
ü Pembagian kerja dan pelimpahan wewenang tidak membedakan perbedaan tingkat eselon.
Kebaikan :
ü Solidaritas tinggi
ü Disiplin tinggi
ü Produktifitas tinggi karena spesialisasi dilaksanakan maksimum
ü Pekerjaan-pekerjaan yang tidak rutin atau teknis tidak dikerjakan
Keburukan :
ü Kurang fleksibel dan tour of duty
ü Pejabat fungsional akan mengalami kebingungan karena dikoordinasikan oleh lebih dari satu orang
ü Spesialisasi memberikan kejenuhan

5.     Organisasi Matrik adala sebuah struktur yang menciptakan garis wewenang ganda dan menggabungkan departementalisasi fungsional dan produk. Struktur matriks dapat ditemukan di agenagen periklanan, perusahaan pesawat terbang, laboratorium penelitian dan pengembangan, perusahaan konstruksi, rumah sakit, lembaga-lembaga pemerintah, universitas, perusahaan konsultan manajemen, dan perusahaan hiburan. Kelemahan terbesarnya adalah sulitnya mengoordinasi tugas para spesialis fungsional yang beragam agar kegiatan mereka rampung tepat waktu dan sesuai anggaran. Karakteristik structural paling nyata dari matriks adalah bahwa ia mematahkan konsep kesatuan komando sehingga karyawan dalam struktur matriks memiliki dua atasan -manajer departemen fungsional dan manajer produk. Karena itulah matriks memiliki rantai komando ganda.
6.     Organisasi Komite adalah bentuk organisasi di mana tugas kepemimpinan dan tugas tertentu dilaksanakan secara kolektif oleh sekelompok pejabat, yang berupa komite atau dewan atau board dengan pluralistic manajemen.
4.     Prinsip-prinsip Organisasi
Organisasi memiliki setidaknya 12 prinsip- prinsip organisasi yang dikemukakan oleh para ahli. Dalam bukunya “Organization of Canadian Government Administration”, A.M William mengemukakan 12 Prinsip Organisasi, yang terdiri dari :
1. Bahwa Organisasi harus Mempunyai Tujuan yang Jelas
Organisasi harus mempunyai tujuan yang jelas, yaitu organisasi dibentuk berdasarkan tujuan yang ingin dicapai. Itu berarti sebuah organisasi didirikan harus memiliki tujuan yang jelas. Contohnya adalah rumah sakit atau puskesmas yang didirikan dengan tujuan memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas.
2. Bahwa Organisasi harus Memiliki Prinsip Skala Hierarkhi
Dalam sebuah organisasi terdapat garis kewenangan yang jelas dari pimpinan, pembantu pimpinan hingga pelaksana, sehingga dapat mempertegas dalam pendelegasian wewenang dan pertanggungjawaban, dan dapat menunjang efektivitas jalannya organisasi secara keseluruhan.
3. Bahwa Organisasi harus Memiliki Prinsip Kesatuan Perintah
Di dalam kehidupan organisasi, seseorang hanya menerima perintah atau bertanggaung jawab terhadap seorang atasan saja.
4. Bahwa Organisasi harus Memiliki PrinsipPendelegasian Wewenang
Seorang pemimpin memiliki kemampuan yang terbatas dalam menjalankan pekerjaannya, sehingga perlu adanya pendelegasian wewenang kepada bawahannya. Pejabat yang diberi wewenang harus dapat menjamin tercapainya hasil yang diharapkan. Dalam pendelegasian tersebut, wewenang yang diberikan meliputi kewenangan dalam pengambilan keputusan, melakukan hubungan dengan orang lain, dan melakukan tindakan tanpa meminta persetujuan terlebih dahulu kepada atasannya lagi.
5. Bahwa Organisasi harus Memiliki Prinsip Pertanggungjawaban
Dalam menjalankan tugasnya di organisasi, setiap pegawai harus bertanggung jawab sepenuhnya terhadap atasan.
6. Bahwa Organisasi harus Memiliki Prinsip Pembagian Pekerjaan
Untuk mencapai tujuannya, sebuah organisasi melakukan berbagai aktifitas dan kegiatan. Untuk menunjang kegiatan tersebut dapat berjalan dengan optimal, maka dilakukan pembagian tugas sesuai dengan kemampuan dari masing- masing anggota organisasi. Pembagian pekerjaan tersebut harus jelas agar jalannya organisasi menjadi efektif.
7. Bahwa Organisasi harus Memiliki Prinsip Rentang Pengendalian
Yang dimaksud dengan Prinsip Rentang Pengendalian adalah bahwa jumlah bawahan atau staff yang dikendalikan oleh seorang atasan perlu dibatasi secara rasional. Rentang kendali ini sesuai dengan bentuk dan tipe organisasi, semakin besar suatu organisasi dengan jumlah pegawai yang cukup banyak, semakin kompleks rentang pengendaliannya.
8. Bahwa Organisasi harus Memiliki Prinsip Fungsional
Prinsip fungsional artinya seorang pegawai dalam sebuah organisasi harus jelas antara tugas dan wewenangnya, kegiatan, hubungan kerja, serta tanggung jawab pekerjaannya.
9. Bahwa Organisasi harus Memiliki Prinsip Pemisahan
Prinsip pemisahan yaitu beban tugas pekerjaan seseorang tidak dapat dibebankan tanggung jawabnya kepada orang lain.
10. Bahwa Organisasi harus Memiliki Prinsip Keseimbangan
Dalam prinsip kesimbangan, penyusunan struktur organisasi harus sesuai dengan tujuan dari organisasi tersebut. Tujuan organisasi dapat diwujudkan melalui aktivitas/ kegiatan yang nantinya akan dilakukan. .
11. Bahwa Organisasi harus Memiliki Prinsip Fleksibilitas
Agar organisasi dapat menjalankan fungsi dalam mencapai tujuannya, organisasi haruse melakukan pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan dinamika organisasi itu sendiri ( internal factor ) dan juga karena adananya pengaruh dari luar organisasi ( external factor ).
12. Bahwa Organisasi harus Memiliki Prinsip Kepemimpinan
Yang dimaksud dengan prinsip kepemimipinan adalah organisasi mampu menjalankan aktifitasnya karena adanya proses kepemimpinan yang digerakkan oleh pemimpin organisasi tersebut.

5.     Keterampilan manajemen yang dibutuhkan
Ada 5 keterampilan yg dibutuhkan oleh manajer, yaitu sebagai berikut :
1.     Keterampilan konseptual (conceptional skill)
Manajer tingkat atas (top manager) harus memiliki keterampilan untuk membuat konsep, ide, dan gagasan demi kemajuan 
organisasi. Gagasan atau ide serta konsep tersebut kemudian haruslah dijabarkan menjadi suatu rencana kegiatan untuk mewujudkan gagasan atau konsepnya itu. Proses penjabaran ide menjadi suatu rencana kerja yang kongkret itu biasanya disebut sebagai proses perencanaan atau planning. Oleh karena itu, keterampilan konsepsional juga meruipakan keterampilan untuk membuat rencana kerja.
2.     Keterampilan berhubungan dengan orang lain (humanity skill)
Selain kemampuan konsepsional, manajer juga perlu dilengkapi dengan keterampilan berkomunikasi atau keterampilan berhubungan dengan orang lain, yang disebut juga keterampilan kemanusiaan. Komunikasi yang persuasif harus selalu diciptakan oleh manajer terhadap bawahan yang dipimpinnya. Dengan komunikasi yang persuasif, bersahabat, dan kebapakan akan membuat karyawan merasa dihargai dan kemudian mereka akan bersikap terbuka kepada atasan. Keterampilan berkomunikasi diperlukan, baik pada tingkatan manajemen atas, menengah, maupun bawah.
3.     Keterampilan teknis (technical skill)
Keterampilan ini pada umumnya merupakan bekal bagi manajer pada tingkat yang lebih rendah. Keterampilan teknis ini merupakan kemampuan untuk menjalankan suatu pekerjaan tertentu, misalnya menggunakan program komputer, memperbaiki mesin, membuat kursi, akuntansi dan lain-lain.
4.      Keterampilan manajemen waktu
Merupakan keterampilan yang merujuk pada kemampuan seorang manajer untuk menggunakan waktu yang dimilikinya secara bijaksana. Griffin mengajukan contoh kasus Lew Frankfort dari Coach. Pada tahun 2004, sebagai manajer, Frankfort digaji $2.000.000 per tahun. Jika diasumsikan bahwa ia bekerja selama 50 jam per minggu dengan waktu cuti 2 minggu, maka gaji Frankfort setiap jamnya adalah $800 per jam—sekitar $13 per menit. Dari sana dapat kita lihat bahwa setiap menit yang terbuang akan sangat merugikan perusahaan. Kebanyakan manajer, tentu saja, memiliki gaji yang jauh lebih kecil dari Frankfort. Namun demikian, waktu yang mereka miliki tetap merupakan aset berharga, dan menyianyiakannya berarti membuang-buang uang dan mengurangi produktivitas perusahaan.
5.     Keterampilan membuat keputusan
Merupakan kemampuan untuk mendefinisikan masalah dan menentukan cara terbaik dalam memecahkannya. Kemampuan membuat keputusan adalah yang paling utama bagi seorang manajer, terutama bagi kelompok manajer atas (top manager). Griffin mengajukan tiga langkah dalam pembuatan keputusan. Pertama, seorang manajer harus mendefinisikan masalah dan mencari berbagai alternatif yang dapat diambil untuk menyelesaikannya. Kedua, manajer harus mengevaluasi setiap alternatif yang ada dan memilih sebuah alternatif yang dianggap paling baik. Dan terakhir, manajer harus mengimplementasikan alternatif yang telah ia pilih serta mengawasi dan mengevaluasinya agar tetap berada di jalur yang benar
6.  Sebab keberhasilan dan kegagalan Organisasi
Keberhasilan dan Kegagalan Sistem Informasi kaitannya dengan Tahapan Pengembangan Sistem Informasi
Dalam rangka melakukan pengembangan sistem informasi, perusahaan umumnya dan pengembang pada khususnya harus mengetahui tahapan-tahapan dalam proses pengembangan sistem informasi itu sendiri guna memberikan kemungkinan keberhasilan yang besar. Dengan demikian setiap tahapan dalam proses pengembangan sistem informasi harus dapat dilakukan dengan baik untuk menghindari terjadinya kegagalan dalam pengembangan sistem informasi. Kesalahan atau kurang maksimalnya kegiatan dalam tahapan-tahapan pengembangan sistem akan berdampak pada kegagalan dari pengembangan sistem informasi itu sendiri. Oleh karena itu setiap tahapan dalam proses pengembangan sistem harus dilakukan dengan baik untuk memberikan hasil yang baik pula.
Beberapa faktor penting yang dapat mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan dalam setiap tahapan dalam proses pengembangan sistem informasi adalah sebagai berikut
·         Tahapan Investigasi
Pada tahapan investigasi, serangkaian kegiatan dilakukan untuk mendefinisikan dan merencanakan kebutuhan detail atau target yang ingin dicapai dalam pengembangan sistem informasi tersebut. Pada tahapan ini sangat penting untuk mengetahui dengan jelas mengenai kebutuhan pengguna sistem informasi yang akan dikembangkan dan diimplementasikan. Oleh karena itu kurangnya pernyataan akan kebutuhan akan berdampak pada kegegalan sistem yang dikembangkan. Selian itu Pernyataan kebutuhan dan spesifikasi yang senantiasa berubah-ubah dapat membingungkan bagi pihak pengembang sistem. Hal ini dipicu oleh kurangnya pengidentifikasian kebutuhan secara lengkap yang diinginkan oleh pengguna (user). Fokus profesional TI sebagai perancang atau pengembang sistem informasi hanyalah pada Tools, sehingga Methodologies danProcedures biasanya diabaikan. Dalam berbagai kasus profesional TI tidak mempunyai pengetahuan dan kemampuan yang memadai dalam metodologi manajemen, proyek-proyek TI juga biasanya tidak mengacu kepada prosedur standar.
·         Tahapan Analisis
Pada tahapan ini beberapa hal yang menjadi perhatian penting adalah mengenai User interface requirements, yaitu input/output  yang dibutuhkan oleh end users yang harus didukung oleh sistem informasi mencakup sources, format, content, volume, dan frekuensi dari tiap tipe dari input dan output; Processing requirements, yaitu aktivitas yang dibutuhkan untuk mengkonversi input menjadi output yang meliputi kalkulasi, kaidah pengambilan keputusan, dan pengolahan operasi lainnya, dan kapasitas, turnaround time dan response time untuk pengolahan aktivitas; Storage requirements meliputi Organization, content, dan ukuran databases; Control requirements, meliputi kebutuhan akan accuracy, validity safety, security, dan adaptability dalam system inputs, processing, output dan storage. Jika kebutuhan dan data yang digunakan pada tahapan ini tidak tersedia dengan baik dan pihak eksekuif manajemen tidak mengakomodasi hal tersebut maka dapat dipastikan sistem yang akan dibangun akan mengalami kegagalan.
·         Tahapan Design
Pada tahapan design, tim teknologi informasi bekerjasama dengan tim bisnis atau manajemen melakukan perancangan komponen-komponen sistem terkait. Desain yang realistik akan mudah untuk diimplementasikan, namun sebaliknya desain yang tidak realistik dapat menyebabkan kegagalan suatu sistem dalam pengimplementasiannya. Disamping itu, perbedaan pendapat mengenai desain dan aplikasi sistem informasi bagi pemakai organisasi berpotensi mengakibatkan kegagalan dalam pengembangan dan implementasi suatu sistem informasi. Desain sistem informasi kurang memenuhi harapan penggunanya. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya informasi atau masukan dari user mengenai kebutuhan dan spesifikasi dalam pengembangan sistem informasi yang diinginkan. Selain itu faktormiscommunication antara pihak yang mengembangkan desain dan pihak pengguna desain (pemberi pekerjaan).
Dalam tahapan perencanaan desain sistem informasi yang akan dikembangkan perlu dikelola dengan baik karena jika tidak tepat pengelolaannya besar kemungkinannya akan membawa konsekuensi kerugian, diantaranya meliputi biaya yang berlebihan sehingga melampaui anggaran, melampaui waktu yang diperkirakan, kelemahan teknis yang berakibat pada kinerja yang berada dibawah tingkat dari yang diperkirakan, dan gagal memperoleh manfaat yang diperkirakan.
·         Tahapan Implementasi dan Maintain
Pada tahapan implementasi terdapat aktivitas pengujian dan pelatihan terhadap sistem informasi yang baru. Untuk memberikan hasil pengujian yang benar maka perlu dilakukan pengujian dengan sungguh-sungguh karena hal ini menyangkut penggunaan jangka panjang. Jika pengujian dilakukan secara asal-asalan maka tidak akan mampu memperoleh koreksi-koreksi yang disesuaikan dengan kebutuhan pengguna guna menyempurnakan desain sistem yang dikembangkan dan hanya hanya akan menghasiskan waktu dan biaya implementasi dengan percuma. Selain itu dalam kaitannya dengan aktivitas pelatihan terhadap pengguna sistem informasi harus dikomunikasikan dengan baik dan dengan bahasa yang mudah dimengerti sesuai dengan level pengguna sistem informasi tersebut. Jika tidak demikian, maka respon yang diinginkan untuk perbaikan sistem informasi yang sedang dikembangkan menjadi terhambat terlebih jika terjadi kesalahan persepsi antara pengguna akhir dan perancang sistem informasi tersebut. Lebih lanjut lagi kegagalan pada tahapan ini dapat disebabkan oleh Pre-implementation yang tidak dilakukan dengan baik, Strategi operasi tidak sejalan dengan business process design dan pengembangannya, serta Orang-orang tidak disiapkan untuk menerima dan beroperasi dengan sistem yang baru
Oleh karena itu, untuk memperoleh hasil terbaik dan menghindari kesalahan yang tidak diinginkan maka beberapa hal berikut perlu dipertimbangkan, yaitu: peralatan-peralatan integrasi eksternal menghubungkan pekerjaan dari tim implementasi & pengguna disemua level organisasi, peralatan-peralatan integrasi internal memastikan bahwa tim implementasi beroprasi sebagai sebuah unit kohesive, struktur peralatan perencanaan formal & tata urutan tugas-tugas, estimasi lebih lanjut tentang waktu, uang, & sumber daya teknis yang diperlukan untuk melaksanakannya, serta peralatan pengendalian formal membantu memonitor kemajuan terhadap pencapaian tujuan



Referensi
Hani Handoko, T. 1993. Manajemen Edisi 2. Yogyakarta: BPFE.
Manulang, M. 2004. Dasar-Dasar Manajemen. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Titin Hartini,  Budaya Organisasi Dan Peranannya Dalam Meningkatkan Kinerja Organisasi,Jurnal Ekonomi Islam, Volume  2 Nomor  1,  Juni   2006

Vandenberghe, C. 1999. Organizational culture, person culture fit, and turnover: replication in the health care industry. Journal of Organizational Behavior, Vol. 20, no. 2. pp. 175 –184.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JURNAL ILMIAH

goodbye